Dekat dengan Allah dan bersama Allah adalah kedudukan yang sangat tinggi. Meskipun kedudukan tinggi, kita sebagai manusia sepatutnya merendahkan diri di hadapan Allah dan meninggikan Allah sebagai tuhan. Menghinakan diri di hadapan Allah dan memuliakan Allah. Maka orang yang seperti ini adalah orang yang mengenali dirinya sebagai hamba dan mengenali Allah sebagai yang menciptakannya
Apabila seorang hamba telah sampai pada tahap ini maka Allah akan memelihara & menjaga hamba nya itu. Di kabulkan kehendaknya dan di cukupkan seluruh keperluannya bahkan apabila ada musuh yang akan menyakitinya, Allah yang akan memerangi musuhnya itu sehingga hamba tersebut tetap terjaga dan terpelihara.
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ...
...Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya... [HR. Bukhari]
Muncul pertanyaan dari orang yang telah sampai pada tahap yang di maksudkan di atas.. “Kalaulah mereka itu mengetahui keadaan yang aku dapatkan sekarang ini tentu mereka juga akan berusaha untuk mendapatkannya”
Karena ada manusia yang tidak berusaha untuk mendapatkan keadaan itu maka mereka tidak mendapatkannya. Sehingga mereka tidak di rahmati Allah, tidak di jaga, tidak dipelihara dan di biarkan saja oleh Allah sampai terus menderita, menderita dan menderita
Untuk memahami pembahasan kali ini, kita akan memulainya dengan contoh yang sederhana..
Yaitu misalkan seseorang atau sahabat yang berhutang dengan kita
Sahabat kita berhutang dalam jumlah yang banyak dan di sebutkan waktunya yaitu dalam tempo 1 tahun. Katakanlah berhutang sekitar 200 juta akan di bayar tahun depan di bulan yang sama.
Setelah berlalu satu tahun kita menginginkan sahabat tersebut membayar uang pinjamannya. Lalu ia mendatangi kita dan mengatakan bahwa ia belum mampu membayar hutangnya. Maka datangnya itu untuk meminta tangguh sekitar 6 bulan lagi.
Kira kira kita akan beri tangguh atau tidak???
Surah Al Baqarah ayat 245
مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَٱللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۜطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Barang siapa yang memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Al Baqarah : 245)
Sahabat kita yang berhutang di atas meminta untuk di tambah lagi waktu pembayarannya yaitu 6 bulan. Artinya pembayaran hutang di tangguhkan 6 bulan lagi.
Jika kita pemilik uang tersebut memberikan penangguhan waktu 6 bulan tersebut berarti kita telah meminjamkan pinjaman yang baik kepada Allah. Kita tidak lagi meminjamkan pinjaman tersebut kepada manusia tetapi kita juga telah meminjamkan uang kita kepada Allah SWT.
Maka sekarang setelah kita mengetahui ayat di atas ini kira-kira mau memberikan tangguh atau tidak? Di bandingkan saat sebelum mengetahui seperti di atas tadi?
Tentu saja kita akan memberikan penangguhan waktu 6 bulan tersebut.
Setelah 6 bulan berlalu tentu saja kita menginginkan uang yang di hutang sebelumnya dapat terbayarkan di waktu ini…
Ternyata sahabat kita tersebut belum juga mampu membayar hutangnya…
Dan meminta waktu 6 bulan lagi untuk menangguhkan hutangnya..
Kira kira kita akan memberikan penangguhan lagi apa tidak?
Kali ini, Kita masih memberi penangguhan lagi selama 6 bulan kedepan… Berarti kita telah memberikan penangguhan selama 6 bulan di tambah 6 bulan = 1 tahun.
Setelah berlalu 6 bulan waktu berjalan, kini saatnya menerima pembayaran hutang sahabat kita.. dan di saat ini juga ternyata kita lagi membutuhkan uang tersebut…
Lalu datanglah sahabat kepada kita dan ternyata ia belum juga mampu juga membayarnya…
Ia meminta kembali waktu penangguhan 6 bulan kedepan…
Kira kira kita masih mau memberikan penangguhan lagi???
Coba katakan dari hati yang paling dalam… Mau memberi kan penangguhan lagi… atau Tidak…???
Jika kita beriman kepada Al-Qur’an maka selayaknya kita tetap memberi pinjaman tersebut.
Kenapa kita berikan?
Karena ketika itu sebenarnya kita tidak hanya meminjamkan kepada manusia tetapi kita juga telah meminjamkan kepada Allah. Meminjamkan pinjaman yang baik kepada Allah, kira kira pasti akan kembali atau tidak?
Pastilah akan kembali...!!
Tetapi kalau pada manusia?
Belum tentu kembali…!
Tetapi jika kita memberikan pinjaman kepada Allah pastilah akan kembali karena Allah itu maha Kaya Raya…
Seandainya mereka mengetahui bahwa memberikan pinjaman kepada Allah adalah yang terbaik maka pastilah akan memberikan penangguhan waktu kepada sahabat kita yang berhutang seperti ilustrasi di atas. Maka kita ini termasuk orang yang di sebut “mendekatkan diri kepada Allah”.
Apakah merasa keberatan? Merasa berat melakukan seperti ini dalam dunia nyata?
Jika masih keberatan dan belum sanggup melakukan itu maka kita belum sampai pada kedudukan yang tinggi. Apa sebabnya?
Sebabnya adalah hawa nafsu yang menghalangi kita. Bicara soal hawa nafsu maka hawa nafsu kita pasti menginginkan uang yang kita pinjamkan dalam tempo 1 tahun haruslah di bayar di waktu itu pula. Tidak pakai tangguh tangguh lagi.. karena kan sudah janji di tempo 1 tahun akan melunasinya..!!!
Nah itulah jika hawa nafsu yang berbicara..
Tetapi kalau iman kita yang berbicara maka kita akan melihat kondisi sahabat yang berhutang tersebut, jika memang ia susah tak mengapa untuk membantu memudahkan dia, memberikan penangguhan waktu hingga sampai ia mampu untuk membayarnya.
Tetapi dengan kejujuran bukan dengan kebohongan bahwa sahabat yang berhutang tersebut adalah benar - benar tidak bisa membayar..
Tetapi apabila sahabat itu mampu membuat rumah, membeli kendaraan mahal, membeli aksesoris dan perlengkapan lain-lain sementara hutangnya tak di bayar, maka ini bukan termasuk dalam kategori yang di maksudkan di atas.
Tetapi yang di maksudkan adalah sahabat atau orang peminjam hutang tersebut adalah benar benar dalam kesulitan.
مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
Barang siapa yang memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.....
Barang siapa yang memberikan pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah akan memberikan lipat ganda yang banyak kepadanya..
Allah yang mengganti dengan lipat ganda… Misalnya tadi yang di hutang adalah 200 juta, kalau lipat gandanya jadi berapa? Lipat gandanya adalah menjadi 800 juta. Lipat satunya adalah 400 juta lipat ganda adalah 800 juta dan seterusnya menjadi 1,6 milyar, 3,2 milyar dst..
Seandainya mereka mengatahui…!!
Seandainya mereka mengetahui maka mereka akan memberikan tangguh kepada orang yang layak di berikan penangguhan…!
Tidak akan merasa sedih, tidak akan marah marah, tidak akan mengancam, tidak akan menekan. Apa sebab? Sebab mengetahui bahwa sangat berharganya memberikan penangguhan.
Di akhir ayat ini Allah memunculkan diriNya
وَٱللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۜطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَAllahlah yang melapangkan rezeki dan menyempitkan rezeki. Dan kepadanya kamu akan di kembalikan.
Mengapa di ujung ayat ini ada perkataan “dan kepadanya kamu akan di kembalikan?”
Maknanya adalah jangan hanya ingat dunia ini saja, tetapi ingat juga akhirat tempat kita kembali kelak. Seandainya tidak mendapatkan balasan ketika telah memberikan penangguhan saat di dunia maka pasti akan mendapatkannya di akhirat. Yang di dapatkan di akhirat jauh lebih berharga dari yang di dapatkan di dunia ini.
Seandainya mereka mengetahui..!
Lanjut pada surah As Saba’ ayat ke 39 …
Pada sebelumnya di bahas adalah menangguhkan hutang. Pada bahasan yang kedua ini adalah tentang berinfak. Kalau hutang kita masih berharap uang itu kembali tetapi kalau menginfakkan harta maka uang kita tak kembali lagi..
Merasa rugikah ketika menginfakkan harta?
Jika kita menginfakkan uang receh misal 5 ribu atau 10 ribu saja mungkin tidak akan terasa ruginya. Tetapi kalau 50% dari harta kita, kira-kira merasa rugi?
Contohnya umar bin khotob. Menginfakkan hartanya sebanyak 50%..
Abu bakar menginfakkan seluruh hartanya. Rasulullah bertanya, apa yang tinggal untuk isterimu dan anak anakmu wahai abu bakar? Aku tinggalkan Allah dan rasulnya..
Seandainya mereka mengatahui seperti abu bakar mengetahui niscaya mereka akan menginfakkan hartanya..
Sayangnya mereka tidak mengetahui…! Kepada siapa ini di tujukan? Kepada semua orang tanpa terkecuali..
قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ لَهُۥ وَمَآ أَنفَقْتُم مِّن شَىْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُۥ وَهُوَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ
Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.
Kalau Allah yang akan mengganti, maka kita tidak akan menginfakkan sedikit karena nanti Allah akan menggantinya sedikit pula. Kita mau Allah menggantinya banyak, maka kita seharusnya menginfakkan banyak pula..
Menginfakkan harta banyak, kira kira adakah yang mau melakukannya?
Ada tetapi sedikit, sangat sedikit sekali...!
Apa sebab? Sebab mereka tidak mengetahui tetang ayat ini..
Mereka tahu tentang ayat ini.. jikalau mereka tahu tentang ayat ini tetapi tidakpula berinfak yang banyak berarti hawa nafsunya yang menghalanginya..
Kalau di tanya hawa nafsu; Mau menginfakan harta banyak atau menginfakkan harta sedikit?
Seandainya mereka mengatahui bahwa Allah akan mengganti maka tidak akan pernah merasa rugi untuk menginfakkan harta yang banyak!
Seandainya mereka mengetahui..!
Dan penutup pada pembahasan singkat kali ini dengan hadits..
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam, Allah Ta’ala berfirman di hari Kiamat:
« يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي . قَالَ : يَارَبِّ ،كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعِزَّةِ ؟ فَيَقُولُ : أَمَاعَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ ، وَلَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ ؟ وَيَقُولُ : يَا ابْنَ آدَمَ ، اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِي . فَيَقُولُ : كَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعِزَّةِ ؟ فَيَقُولُ : أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلانًا اسْتَطْعَمَكَ فَلَمْ تُطْعِمْهُ ، أَمَاعَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي ؟ وَيَقُولُ : يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي . فَيَقُولُ : أَيْ رَبِّ ، وَكَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعِزَّةِ ؟ فَيَقُولُ : أَمَاعَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلانًا اسْتَسْقَاكَ فَلَمْ تَسْقِهِ ، وَلَوْ سَقَيْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي ؟ » .
Hai anak Adam, Aku telah sakit, tetapi engkau tidak menjenguk-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana cara saya menjenguk-Mu, sedangkan Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah menjawab: Apakah engkau tidak mengetahui bahwa seorang hamba-Ku bernama Fulan sedang sakit tetapi engkau tidak mau menjenguknya. Sekiranya engkau mau menjenguknya, pasti engkau dapati Aku di sisinya.
Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberikan makan kepada-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya saya memberi makan kepada-Mu, sedang Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah berfirman: Ketahuilah, apakah engkau tidak peduli adanya seorang hamba-Ku, si Fulan, telah datang meminta makan kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya makan. Ketahuilah, sekiranya engkau mau memberinya makan, pasti engkau akan menemukan balasannya di sisi-Ku.
Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberi-Ku minum. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Tuhan penguasa semesta alam? Allah berfirman: hamba-Ku, si Fulan, minta minum kepadamu tetapi engkau tidak mau memberinya minum. Ketahuilah, sekiranya engkau memberinya minum, pasti engkau akan menemui balasannya di sisi-Ku. [HR. Muslim]
Hadits ini mengungkapkan dialog antara Allah dengan hamba-Nya menggunakan kata-kata kiasan. Sebab Allah Maha Suci dari kekurangan dan kelemahan yang biasa menjadi sifat yang melekat pada makhluk.
Lapar, haus dan sakit adalah kelemahan yang melekat pada makhluk dan hal-hal tersebut sama sekali jauh dari sifat-sifat Allah Swt. Maksud dari kata kiasan yang digunakan oleh Rasulullah Saw dalam hadits ini, dalam ilmu balaghah disebut dengan tasybih baligh. Artinya, ungkapan yang sangat mendalam untuk menggambarkan suatu kondisi sehingga pendengarnya ikut larut dalam kesedihan atau kegembiraan, simpati atau antipati terhadap keadaan yang digambarkan oleh pembicara.
Hadits di atas membuat hati manusia menaruh rasa belas kasih kepada sesamanya, peduli terhadap sesama, Allah gambarkan orang-orang yang sedang sakit atau menderita kehausan dan kelaparan sebagai kondisi yang dialami oleh Allah sendiri
Seandainya mereka mengatahui...!
Seandainya mereka mengetahui bahwa Allah itu dekat dengan orang sakit maka mereka pasti akan menjenguknya.
Seandainya mereka mengatahui bahwa memberi makan kepada orang yang membutuhkan itu akan di gantikan balasaanya oleh Allah, maka mereka pasti akan memberikan makanan pada orang lain
dan seandainya mereka mengetahui bahwa memberi minum kepada orang yang membutuhkan itu akan di balas di sisi Allah, maka pastilah mereka memberikan minumannya kepada orang lain..
Jika kita melakukan yang demikian yaitu adalah melakukan perintah-perintah yang Allah berikan pada kita maka kita termasuk orang yang mendekatkan diri kepada Allah yang di sebut taqarub.
Mudah mudahan kita ini termasuk hamba hamba yang sudah mengetahui maka tinggal lagi dekatkan diri kepada Allah. Dengan cara yang telah di bahas di atas yaitu adalah memberikan penangguhan, menginfakkan harta, mengunjungi sahabat yang sakit, memberi makan, minum dll..
Dan masih banyak lagi amalan-amalan mendekatkan diri kepada Allah yang akan di bahwa pada artikel selanjutnya… :)
Terimakasih semoga bermanfaat..^❤^
0 Response to "Seandainya Mereka Mengetahui…!"
Posting Komentar