Ayat kursi adalah ayat yang menjelaskan tentang Allah SWT. Di dalam ayat ini, meskipun satu ayat, Allah menjelaskan Diri-Nya sebanyak 17 kali. Seperti yang di sebutkan oleh Imam Ahmad, ini bermakna bahwa dengan ayat ini kita dapat menambah pengetahuan tentang Allah sebanyak 17 kali atau sebanyak 17 kali kita dapat membahaskan tentang siapa itu Allah SWT.
Akhirnya dengan ayatul kursi ini kita akan mengenal Allah. Dengan mengenali Allah maka kita akan tahulah hakikat hidup yang sebenarnya, saat kita berada di dunia ini dan kita berada di akhirat nanti.
Kemudian dengan mengenali Allah selanjutnya kita akan meyakini Allah tingkatan yang lebih tinggi bagi orang orang yang beriman. Kemudian jika telah sampai ke tingkat meyakini Allah akan naik lagi ke tingkat mencintai Allah, setelah sampai mencintai Allah akan naik lagi ke tingkat merindukan Allah SWT. Permulaannya adalah mengenal Allah dahulu, kalau tidak mengenal Allah tidak akan mungkin percaya kepada Allah, apalagi cinta kepadaNya. Begitu seterusnya.
Nabi SAW pernah bertanya kepada salah seorang sahabat yang bernama ubay bin ka’ab. “Wahai ubay, mana dia ayat dalam al-qur’an yang paling agung?” Nah ini nabi yang bertanya ke sahabat. Biasanya sahabat yang bertanya kepada Nabi, bukan begitu?
Jika sahabat yang bertanya kepada Nabi bermakna bahwasannya sahabat itu tidak tahu atau tidak mengetahui suatu perkara itu dan mengharapkan Nabi untuk menjawabnya. Dalam kasus ini, Nabi pula yang bertanya kepada sahabat? Mungkinkah sahabat dapat menjawabnya? Tentu saja Tidak!
Lalu apa tujuannya Nabi bertanya kepada Sahabat? Tujuannya untuk menampakkan / memunculkan / memberikan penegasan jawabanya itu nanti, maka ubay bin ka’ab pun menjawab begini: “Hanya Allah dan Rasulnyalah yang tahu ayat yang paling agung di dalam Al-Qur’an” Kemudian Nabi mengulang sekali lagi “Mana dia ayat yang paling agung di dalam kitab Allah?” Lau ubay bin ka’ab pun menjawab “Hanya Allah dan Rasulnyalah yang tahu ayat yang paling agung di dalam Al-Qur’an” Sampai berkali kali.
Dan pada akhirnya ubay menjawab dengan ilmu yang ada padanya. Jawabannya yaitu adalah “Ayatul kursi”. Ayat yang paling agung di dalam kitab Allah adalah ayat kursi.
Kemudian nabi menyebut, mudah mudahan ilmu yang ada padamu (yang menetapkan bawasanya ayat yang paling agung adalah ayat kursi) adalah ilmu yang akan menyenangkanmu wahai ubay bin ka’ab. Maknanya adalah Allah menetapkan bahwa itu adalah jawaban yang benar. Nah jawabannya ubay bin ka’ab itu benar akan menyenangkan ubay dalam menjalani hidup.
Karena dengan ilmu itu akan mengenal hakikat hidup melalui ayat yang agung dan mulia ini. Bahkan apabila kita perhatikan ayat ayat Al-Qur’an yang lainnya terhimpun dalam Ayat kursi. Kita akan lihat kandungannya sebentar lagi.
Berikut hadits yang di maksudkan di atas :
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam Shahihnya dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يا أبا المنذر: أتدرى أى آية من كتاب الله أعظم؟ قال : قلت : الله ورسوله أعلم ، قال يا أبا المنذر أتدرى أى آية من كتاب الله معك أعظم ؟ قال قلت (الله لا إله إلا هو الحى القيوم ) قال فضرب بصدرى وقال والله ليهنك العلم أبا المنذر
”Wahai Abul Mundzir (sebutan Rasulullah kepada Ubay), tahukah kamu ayat apakah yang paling agung dalam Kitabullah (al-Qur’an)? Aku berkata:”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi:”Wahai Abul Mundzir, tahukah kamu ayat apakah yang ada padamu dari Kitabullah (al-Qur’an) yang paling agung?” Ubay menjawab:”Aku katakan:”(الله لا إله إلا هو الحى القيوم ) ”Ubay berkata lagi:” lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menepuk dadaku dan berkata:”Semoga ilmu menyenangkanmu (Do’a dari Nabi semoga Ubay mudah mendapatkan ilmu).”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, kitab Shalatul Musafirin bab Fadhlu Shuratil Kahfi wa Aayatil Kursi hadits no. 810 shahih Muslim dengan tahqiq Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi 1/556, Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawi 6/96, al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, al-Hakim dalam al-Mustadrak, Imam Ahmad dalam Musnad, Abu ‘Awanah dalam al-Mustakhraj dan lain-lain.
Banyak sekali hadits-hadits rasulullah yang menjelaskan kelebihan ayat ayat kursi ini.
Ayat kursi ini langsung di turunkan dari bawah ‘Arasy. Dalam tafsir Imam Adailami di sebutkan bahwasannya
Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat ali bin abi tholib; "Hai ali, penghulu manusia adalah Adam, penghulu orang arab adalah muhammad, penghulu orang persia adalah salman, penghulu orang rum (yordan, palestina, siria dan afghan) adalah suhaib, penghulu orang habvbasyah adalah bilal, penghulu gunung adalah thursina, penghulu pohon adalah bidara, penghulu bulan adalah muharram, penghulu hari adalah jum'at, penghulu ucapan adalah Al Quran, penghulu al quran adalah ayatul kursi. Di dalam Ayat kursi ada 50 kata dan setiap kata ada 50 keberkahan (HR Ad Dailami).
Risau, gelisah, takut ambil saja ayat kursi, insya Allah ayat ini akan dapat membantu menyelesaikan masalah. Apalagi apabila di sebabkan dari gangguan syaitan.
إِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ تُقْرَأُ فِي بَيْتٍ، خَرَجَ مِنْهُ
“Sesungguhnya setan, apabila mendengar surat Al-Baqarah dibacakan dalam rumah, maka dia akan keluar dari rumah itu.” (HR. Ad-Darimi 3422, At-thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir 8642).”
Nah dengan mengamalkan Ayat kursi ini bisa menjaga kita dari gangguan jin dan kedengkian manusia pada kita. Maka kita tak perlu lagi pergi ke tempat tempat rukiah, kita sendiri bisa merukiah diri sendiri, melindungi diri sendiri dan juga melindungi rumah kita dengan membaca ayat kursi.
Orang yang pergi ke tempat rukiah itu karena tidak percaya dengan ayat yang ia baca, ini di sebabkan mungkin tidak tahu kandungan di dalam ayat yang di bacanya. Kalau kita tahu kandungannya maka kita akan percaya dan yakin dengan membaca ayat ini akan dapat menolong kita apabila sedang dalam gangguan apapun. Boleh kita meminta orang lain apabila kita tidak mampu membacanya, misalnya jika kita sakit. Tetapi selagi kita mampu maka lebih baik di baca sendiri.
Tasfir Ayat Kursi Bag 1 dari 4 | Surah Al Baqarah 255
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS Al Baqarah 255)
Kita lihat ayat ini semuanya menceritakan tentang Allah, tidak ada menceritakan tentang makhluk.
اللَّهُ “Allah” yaitu DiriNya, لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ “Tidak ada yang patut di sembah dengan kebenaran melainkan DIA” siapa yang di maksud? Yaitu Allah, الْحَيُّ “Yang hidup kekal” siapa Dia? Yaitu Allah, الْقَيُّومُ “yang megurusan perkara makhluk terus menerus” siapa dia? Yaitu Allah, ا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ “tidak di datangi oleh kantuk” siapa dia? Yaitu Allah. Nah semuanya mengatakan tentang Allah. Berapa kali? Yaitu sebanyak 17 kali
Mana yang 17 itu? bisa kita hitung semuanya di dalam ayat ini.
Kita tidak melihat angka-angka seperti ini, tetapi kita melihat kandungan yang terdapat pada ayat ini. Ada 17 kali Allah menyebutkan DiriNya di ayat ini, tetapi bukan itu yang kita perhatikan. Namun yang kita perhatikan apa saja perkataan yang di gunakan untuk menerangkan Allah SWT
Perkataan pertama yaitu اللَّهُ “Allahu”
Yang menerangkan tentang Allah adalah lafadz ALLAH. Lafadz Allah ini di sebut juga lafadz keagungan, dalam bahasa arab “Lafdzul jalalah” (Lafadz keagungan). اللَّهُ “Allah” adalah nama Allah. Nama Allah itu ada banyak. Misalnya Allah, Arrohman, Arrohim, Al malik, Al qudus, Ar rozaq dsb. Dalam hadits, Nama Allah itu ada 99 nama.
“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama”
Beda nama Allah dengan nama-nama yang lain (arrohman, arrohim, al malik, al qudus, ar rozaq dsb) adalah, nama "Allah" itu adalah nama yang menerangkan zat secara keseluruhan. Sementara nama Allah yang lain, misalnya; “Arrohman” menerangkan salah satu dari sifat Allah. “Arrohim” ini juga menerangkan salah satu sifat Allah atau perbuatan Allah. “Al Malik” menerangkan perbuatan Allah yaitu sebagai raja. Jadi ada zat Allah, ada sifat Allah dan ada perbuatan Allah.
Allah adalah sebuan nama yang menerangkan Zat Allah secara keseluruhan, yang di zat itulah seluruh sifat dan zat itulah yang melakukan perbuatan. Jadi nama Allah itu adalah nama Agung sebab nama tersebut kembalinya kepada Zat atau menerangkan tentang zat.
Umpanya orang tua kita memberi nama kita misalnya Mustafa, maka Mustafa itu adalah nama ke atas zat. Zat ini punya banyak sifat, apa saja sifatnya? Katakanlah sifatnya itu pemurah, karena banyak memberi maka di gelari si pemurah. Nah nama si pemurah ini adalah nama keatas sifat. Penyabar, di terangkan sekali tak faham, di terangkan dua kali tak faham, di terangkan berkali kali tak faham dan terus di terangkan tak faham faham namun tetap sabaar saja. Maka di sebut si penyabar. Nama penyabar ini juga nama dia (Mustafa) karena sifatnya yang penyabar.
Seperti itulah perumpamaannya. “As-Sobur” Allah yang maha penyabar. Nah nama ini adalah yang menerangkan sifat Allah yang sifat itu dari zat Allah SWT tapi salah satu saja dari sifat. Nama nama Allah yang lain ada yang menerangkan sifat Allah dan ada yang menerangkan perbuatan Allah. Jadi nama “Allah” ini adalah nama yang menerangkan keseluruhan sifat-sifat Allah dan juga perbuatan Allah.
Seperti si Mustafa tadi, dia memiliki sifat yang penyabar, maka di gelari orang si penyabar atau si pemurah dst..
Kesimpulannya bahwa nama ”Allah” ini adalah nama khusus hanya kembali kepada zat Allah saja dan tidak pernah ada dari zaman dahulu hingga sekarang dan sampai kapan pun zat yang bernama Allah. Ini merupakan kelebihan Allah, kelebihan nama Allah. Yaitu Allah membuat manusia tidak mampu dan tidak berdaya untuk menamakan “Allah” itu pada makhluk lain atau benda lain.
Contohnya berhala, adakah berhala itu bernama Allah? Tidak ada! Adakah naman manusia Allah? Tidak ada! Apa sebab? Sebab Allah tidak membenarkan makhlukNya untuk menggunakan nama tersebut untuk di pakaikan kepada selain-Nya. Ini tantangan dari Allah, sampai saat ini belum ada manusia yang mempu dan berani membuat demikian. Maka dengan ini nampaklah keagungan Allah SWT itu..
Kalau umpamanya Arrohim, ini di pakaikan juga kepada selain Allah. Rasulullah termasuk orang yang di gelar arrohim, arroufurrohim. Al malik ini juga di pakaikan selain Allah yaitu kepada Raja. Tetapi nama Allah, hanya di gunakan untuk zat Allah saja. Zat Allah itu berbeda dengan zat yang lain. Kalau mengkaji Allah ini panjang pembahasannya. Karena kita akan mengkaji sifat-sifat Allah swt.
Ayatul kursi adalah ayat yang agung, nampak keagungannya karena ayat ini di mulai dengan nama Allah; “Allahulailaha illahual haiyul qoiyum”. Ada ayat lain yang tidak di mulai dengan nama Allah umpamanya “Qul hu wallahu ahad”
Allah di sebut juga sebagai WAJIBUN WUJUD. Siapa yang belajar tentang sifat sifat Allah SWT pasti sudah mengetahui makna wajibun wujud ini. Yaitu adalah wujudnya atau keberadaannya itu wajib. Kalau kita (Manusia) bukan wajibun wujud tetapi adalah Mungkinun wujud. Apa makna wajibun wujud & mungkinun wujud ini?
Kalau wajib wujud mesti wujudnya itu ada. Contohnya adalah Allah wajib ada, ada-Nya itu sesuatu yang wajib. Apa sebab? Sebab, kalau langit dan bumi ini ada, pasti ada yang mengatakan langit dan bumi ini. Siapa yang mengatakan langit dan bumi ini? yaitu Allah. Maka Allah wajib ada. kalau Allah tidak ada tak akan mungkin kita dapat memahami keberadaan langit dan bumi ini. Mungkinkah langit dan bumi ini ada dengan sendirinya? Tidak! Pasti ada yang mengatakannya. Nah yang mengatakannya itu wajib ada.
Kita ini (manusia) tidak wajib ada tetapi kita ini “mungkin ada”. Umpamanya manusia ada karena ada ayah dan ibunya? Benarkah? Biasnya kita akan jawab iya. Tetapi sebenarnya ayah dan ibu “mungkin ada”. Jadi jangan di katakan harus ada ayah dan ibu dulu sehingga anak itu menjadi ada. Tidak! Karena ada juga anak yang lahir tanpa ayah. Jadi ayah dan ibu itu bukan wajib ada sehingga anak itu menjadi ada, tetapi “mungkin ada”.
Contohnya Nabi Isa As. Lahir dari ibu tetapi tidak memiliki ayah. Nabi adam ada, tetapi apakah ada ayah dan ibunya? Tidak ada! Jadi manusia itu “Mungkin ada”
Penjelasan lain lagi
Dilihat dari sisi waktu “Wajib ada” itu harus selama lamanya ada.. Dahulu wajib ada, sekarang wajib ada dan sampai kapanpun wajib ada. Yaitu Allah. Kalau kita ini (manusia) tidak wajib ada, tetapi “mungkin ada”.
Sekarang kita ini “ada” tetapi sebentar lagi???? Karena kita ini “mungkin ada”, sekarang memang ada tetapi sebentar lagi mungkin sudah tidak ada lagi. Seratus tahun yang lalu ada? Tidak ada! Maka kita ini bukanlah yang wajib ada sepanjang masa. Kalau Allah itu “wajib ada” sepanjang masa, dahulu, sekarang dan sampai kapanpun ada.
Bermakna? Mana yang lebih sempurna, keberadaan kita (makhluk) atau keberadaan Allah? … Ya.. Tentu saja keberadaan Allah!. Maka kalau di sebut “Allah” sifatnya sempurna dan kalau di sebut selain Allah tidak sempurna...
Kita ini mungkin sekarang lagi senang. Apa sebab? Umpamanya istri senang sebab suaminya ada? Tetapi jangan bergantung kepada suami saja sebab suami itu adanya karena “mungkin saja”, sekarang “ada”, tetapi nanti? Sekarang istri dapat bergantung pada suami karena ”ada”, kalau sudah tidak ada lagi? Maka sepatutnya kalau mau bergantung, bergantunglah juga kepada yang keberadaannya selama lamanya. Yaitu Allah SWT.
Kafir Quraisy dahulu menggantungkan dirinya kepada selain Allah, yaitu kepada berhala yang sifatnya tidak sempurna. Mendengar tidak, melihat tidak dan membantu pun tidak. Tidak memiliki sifat kesempurnaan. Berhala itu mereka yang buat, mereka yang ukir. Bahkan ada juga berhala yang berupa makanan. Lalu ketika lapar, mereka makan sendiri.
Sangat jelas sekali berhala itu tidak memiliki sifat kesempurnaan. Nah yang patutnya di jadikan Tuhan itu adalah yang memiliki sifat kesempurnaan. Salah satu sifat kesempurnaan adalah WAJIB ada..! Jika di lihat dari sisi waktu, wajib ada sepanjang waktu. Jika di lihat dari sisi tempat “wajib ada” di semua tempat dan di mana saja ada. Di langit, di bumi, di timur, di barat dan di seluruh alam semesta.
Jika kita menggantungkan diri kepada selain Allah, pada masanya nanti akan kecewa. Apa sebab? Karena yang “Mungkin Ada” pada waktunya akan binasa. “Setiap apa yang ada di muka bumi ini akan binasa dan yang akan kekal adalah wajah Tuhanmu / zat Tuhanmu yang maha agung dan maha mulia”. Ketika di sebut “Allah” maka kembalinya ke zat yang agung yang wajibun wujud. Kalau mau mengkaji lebih dalam tentang ini? Belajarlah tentang sifat Allah :)
Yang perlu kita pahami disini adalah apabila di sebut nama “Allah” maka kembali kepada zat yang zat itu memiilki sifat yang sempurna dan di sebut wajibun wujud. Nah kenapa kita sebut wajibun wujud? Sebabnya karena ada juga makhluk yang “mungkinun wujud” seperti kita manusia ini, pada akhirnya manusia ini akan binasa. Sementara sifat wajibun wujud ini kekal abadi selama lamanya. Jadi ada “Wajibun wujud” dan ada “Mungkinun wujud”
Maka sangatlah rugi apabila menggantungkan diri pada yang “Mungkinun Wujud”. Mungkinun wujud itu seperti yang telah di terangkan di atas; berhala, suami, istri, orang tua dll. Sekarang mereka memang lah ada, tetapi nanti? Pasti binasa apabila sudah masanya atau pada hari kiamat, maka akan dapat membuat kecewa di kemudian hari. Misalnya menyembah berhala, pada masanya berhala itu akan hancur dan binasa di hari kiamat, lalu mau minta tolong sama siapa lagi nanti?
Maka sepatutnya kita menggantungkan diri pada yang “Wajibun wujud” yang “ada” selama lamanya.
Itulah pembahasan untuk awal ayat kursi yaitu “Allahu”
Kita lanjutkan ke lanjutan berikutnya لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ “Lailahaillahua” artinya Tidak ada tuhan yang berhak di sembah dengan kebenaran melainkan Dia.
Setelah Allah menerangkan namaNya (yaitu “Allah”) kemudian Allah beri tahukan bahwasanya DiriNya adalah لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ “Lailahaillahua” (Tidak ada tuhan yang berhak di sembah dengan kebenaran melainkan Dia). لَا إِلَٰهَ “Lailaha” artinya tidak ada tuhan.Ini merupakan penafian, maknnya adalah menidakkan. Tidak ada tuhan kecuali DIA, Tidak ada tuhan selain Allah. Tuhan yang sebenarnya hanyalah Allah
Berhala bukanlah tuhan, matahari bukan tuhan, bintang bukan tuhan, bulan bukan tuhan, sapi (seperti yang di sembah di india) bukan tuhan, buaya (seperti yang di sembah di irian jaya) bukan tuhan, gajah bukan tuhan, manusia (nabi isa) bukan tuhan. Siapaun dan apapun selain Allah bukan tuhan.
Jadi disini menjelaskan penetapan Allah sebagai tuhan dan penafian selain Allah bukanlah tuhan.
Ayat ini memberikan penegasan yaitu penidakan kemudian menetapkan. Menidakkan bahwa selain Allah itu bukan lah tuhan dan menetapkan bahwa Allah itu adalah Tuhan. Berbeda dengan “wa ilahukum ilahuw wahid” artinya Tuhan kamu adalah tuhan yang maha esa, ini adalah ayat pemberitahuan.
Makna Al ila dengan makna ar rob itu memiliki perbedaan meskipun artinya / terjemahannya sama. Perbedaanya yaitu adalah dalam penggunaannya. Al ila yaitu tuhan, ar rob juga tuhan. Dalam segi pemakaian, al ila di gunakan yang berkaitan dengan ibadat. Nah kalau ibadat kaitannya pada perintah dan larangan. Seperti sholat, puasa, zakat, haji itu adalah ibadat. Kita menjalankan sholat, zakat, haji itu berarti menjalankan perintah Allah.
Disini dapat juga di tafsirkan لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ “Lailahaillahua” yaitu “Tidak ada yang patut di ikuti perintah kecuali perintah Allah” jadi yang berhak memerintah adalah Allah dan yang berhak melarang hanyalah Allah.
Manusia tidak berhak memerintah dan melarang. Apabila ada manusia yang memerintah dan melarang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah maka tidak berhak untuk ikuti dan di patuhi. Kalau ada yang mengikuti perintah-perintah selain Allah yang perintah itu bertentangan atau melanggar semua larangan Allah maka berarti sudah mencermari dan merusak لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ “Lailahaillahua”
Orang yang dzolim dan tidak mengikuti perintah Allah maka tidak akan mungkin dapat mengucap “Lailahaillallah” di akhir hayat dan kalau tidak dapat mengucapkannya maka gagallah tujuan hidupnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)
Kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ ini adalah kalimat yang paling utama. Terdapat di dalam hadist berikut ini:
أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
”Dzikir yang paling utama adalah bacaan ’laa ilaha illallah’.” (Dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani dalam tahqiq beliau terhadap Kalimatul Ikhlas, 62)
Naahh.. setelah kita bahas di atas kita menjadi tahu bahwa لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ “Lailahaillallah” adalah kalimat yang mulia. Kalimat ini untuk memberitahukan tentang Allah SWT, siapa itu Allah? Yaitu adalah yang memerintah dan hanya Allah yang berhak memerintah, selain Allah tidak berhak memerintah. Kalau selain Allah itu memerintah hendaklah memerintah seperti yang di perintahkan oleh Allah
Orang tua mau memerintahkan anaknya? Maka semestilah memerintah sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Jika orang tua memerintahkan yang tidak seperti Allah perintahkan maka orang tua tersebut telah menetapkan dirinya sebagai tuhan.
Contoh terdahulu dapat kita lihat adalah Fir’aun, Namrud. Ini adalah manusia yang memerintah namun perintahnya itu tidak seperti yang Allah tetapkan maka ia menetapkan dirinya sebagai Tuhan. Jika menetapkan diri sebagai tuhan maka itu adalah sebuah keangkuhan dan kesombongan. Setiap yang sombong dan angkuh dari makhluk akan di jatuhkan dan akan di hinakan. Lalu yang seharusnya sikap makhluk itu adalah menghambakan diri, menghinakan diri, merendahkan diri di hadapan Allah. Caranya bagaimana?
Yaitu mengikuti semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah. Jika ada perintah di ikuti dan jika ada larangan maka di jauhi dan di tinggalkan. Jika hanya perintah-perintah Allah saja yang di ikuti dan hanya larangan-larangan Allah yang di jauhi bermakna telah menertapkan لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ Tidak ada tuhan melainkan Allah (Lailahaillahua)
Perbedaan orang orang beriman dengan orang orang kafir adalah orang beriman memegang “lailahaillallah” sedangkan orang kafir mungkin juga menuhankan Allah, tetapi di waktu yang sama mereka menuhankan selain Allah
Hati hati, mungkin kita ini merasa telah beriman, tetapi bisa saja kita telah mencermari lailahaillalah yaitu dengan menuhankan hawa nafsu. Itu artinya bukan hanya perintah Allah saja yang kita ikuti tetapi kita mengikuti juga perintah hawa nafsu.
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya...(al-jasiyah ayat-23)
Nah sekian tafsiran tentang lailahaillahua . لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ Lailahaillahua
(Lailahaillahua tiada tuhan selain DIA (Allah), lailahaillallah (tiada tuhan selain Allah)).
Kita lanjutkan ke “Al haiyyul qoiyyum”
Namun karena pembahasan ini panjang, maka cukup sampai disini saja dulu. Barusan yang kita bahas adalah “Allahulailahaillahua”. Dan pada artikel selanjutnya akan membahas ayat ayat atau perkataan berikutnya…
Penjelasan tentang ayatul kursi ini di sengaja di panjangkan karena kita tidak ingin mengamalkan ayat ini dengan pemahaman yang sedikit. Tetapi kita mau dengan pemahaman yang luas sehingga melahirkan keyakinan yang mendalam pada diri kita. Agar dengan itu kita memiliki kemauan yang kuat untuk mengamalkan dalam ayat ini dalam kehidupan sehari hari. Kita mengamalkan ayat ini pastinya akan dapat bermanfaat untuk kita dan juga orang di sekitar kita.
Sebelum mengakhiri artikel ini, ada sebuah cerita atau kisah tentang orang yang mengamalkan ayatul kursi dalam hidupnya. Begini ceritanya :
***
Kisah Nyata Ayat Kursi
Imam Ghazali menerangkan dalam kitabnya,Khawasul Qur'an : bahwa ibnu Kutaibah meriwayatkan suatu peristiwa yang terjadi dinegeri Basrah, yaitu salah seorang pedagang kurma bernama Ka'ab telah pergi kenegeri Basrah membawa barang dagangannya untuk dijual dipasar basrah. Setelah ka'ab tiba disana, ia mencari tempat pennginapan tetapi semuanya telah penuh diisi oleh pedagang yang telah datang terlebih dahulu. Kemudian Ka'ab melihat sebuah rumah kosong, didindingnya penuh sarang laba-laba. kelihatannya rumah itu telah lama tidak didiami orang.
Ka'ab datang kepada yang empunya rumah, ia ingin menyewa tempat itu selama kurang lebih satu minggu. Kata yang empunya rumah, rumah itu aneh sekali, selalu menjadi buah bibir masyarakat ramai. Menurut kata-kata orang, rumah itu ditempati oleh jin Ifrit. Banyak orang yang menempatinya binasa karenanya. Ka'ab berkata, meskipun demikian, karena tempat lain tidak ada, saya bersedia tinggal ditempat itu, asal saja yang empunya rumah mengijinkan
"Baiklah" kata yang empunya rumah, "saya tidak keberatan dan saya tidak akan memungut sewa apa-apa" Ka'ab tiinggal dirumah itu mulai sore hari tidak merasa takut, teteapi setelah tengah malam ka'ab menampak bayangan hitam dengan dua buah mata bernyala-nyala seperti api, mendekati ka'ab, maka segera ka'ab bangun dan membaca: "Allaahulaa ilaa ha illaa huwal hayyul qayyuum" tetapi bayangan hitam itu selalu mengikuti apa yang dibaca oleh ka'ab sehingga hampir pada akhir ayat yang berbunyi "Walla ya udlu hifdluhumaa wa huwal 'aliyul 'aziim " tidak ada lagi suara yang mengikutinya.
Ka'ab heran dan diulangnya lagi "walla ya udlu hifdluhumaa wa huwal 'aliyul 'aziim" tetapi tidak terdengar lagi suara yang mengikutinya maka dibacanyalah berulang kali dan bayangan hitam itupun lenyaplah dari pandangan Ka'ab dan tercium sesuatu bau seperti ada yang terbakar. Kemudian ka'ab tidur ditempat itu dengan tidak mendapatkan apa-apa. Dipagi hari Ka'ab melihat disalah satu sudut rumah itu bekas-bekas seperti ada sesuatu yang telah terbakar dan tampak ada abu.
Disaat itu Ka'ab mendengar suatu suara berkata:"Hai ka'ab , engkau telah membakar jin ifrit yang ganas". ka'ab heran dan berkata :"Dengan apa aku membakarnya?" jawab suara itu: "Dengan firman Tuhan 'walaa ya uuduhuu khifdluhumma wahuwal aliyul adhim'".
PENGALAMAN PRIBADI
Ayat kursi merupakan ayat favoritku, saat sholat dirakaat pertama setelah al-fatihah yang ku baca ayat kursi,saat tidur,kepasar atau dalam perjalanan tak lupa kubaca ayat tersebut. Ayat kursi benar2 sudah mendarah daging dan menjadi santapan hari-hariku.....emang makanan??.....hehehehehe...bercanda. ya sudah langsung aja kuceritain ya,,Kejadian ini tepatnya tahun 2013 yang lalu sering sekali kejadian aneh yang hampir merengut nyawaku tapi aku ceritaain satu aja ya.
Dalam perjalanan pulang kerumah,saat itu sekitar jam 12:30 siang aku bawa motor cukup kenceng pakai banget lagi .....hehehehe...sekitar 100 cc maklum perjalanan pulang lumayan jauh sekitar 2 jam 30 menit walaupun kenceng bawa motornya aku tetap hati2 & konsentrasi penuh,singkat cerita dikejauhan sekitar jarak 20 meter aku lihat ada sebuah mobil disebelah kiri dan aku yakin mobil tersebut sedang parkir namun betapa cemas dan terkejutnya aku ketika jarak mendekati 12 meter mobil tersebut tiba-tiba bergerak dan memotong jalanku
dan........bruuuuuuuuuuuk......kecelakaan pun tidak bisa dihindari karena jalanku ditutup dan tidak ada jalan lain selain menabrak mobil tersebut. Kira2 apa yang terjadi dengan laju kendaraan 100 cc dan tidak sempat mengerem terus menabrak mobil? Ya secara logika seharusnya aku yang kurus kering dengan berat hanya 43 kg seharusnya terpenal jauh atau paling tidak aku bersama motor jatuh terbentur dan mencium mobil maupun aspal,namun sungguh itu suatu keajaiban bagiku karena aku tetap berada disepeda motor.
Orang2 yang melihat tabrakan ini termasuk sang sopir pun menghampiriku,aku pun turun dari sepeda motor,yg kurasakan saat itu mata agak sedikit berkunang2,dada terasa sesak tapi itu hanya sesaat cuma satu yang membuaatku cemas aku lihat ada benjolan dipersendian tanganku sebelah kiri,aku benar-benar cemas takut tanganku patah,setelah diperiksa dan diurut ternyata itu hanya keseleo mungkin karena menahan benturan yang cukup keras. Subhanallah alhamdulillah betapa beruntungnya aku, setelah kejadian tersebut sampai saat ini aku merasa selalu dijaga dan dilindungi allah swt.
Wallohu A'lam Semoga bermanfaat..
Sumber kisah : http://rikoazhar.blogspot.co.id/2014/01/khasiat-ayat-kursi-dan-kisah-nyata.html
***
Nah itulah contoh sebuah kisah pada waktu dahulu.. Ayat kursi ini adalah ayat utama dalam surah Al-Baqarah yang memiliki keutamaan dan kelebihan. Masing - masing orang yang mengamalkannya pasti akan mendapatkan kelebihan-kelebihan yang mungkin berbeda-beda. Apapun kelebihan - kelebihan itu kembali lagi pada Allah yang memberi pada masing masing kita.
Contohnya pada kisah di atas, si pedagang mendapatkan sebuah pemberian, ada yang lain lagi, lain pula ceritanya dan pemberiannya. Di artikel selanjutnya akan di bahas banyak kisah-kisah seperti ini. Baca tafsir ayatul kursi bagian 2 dari 4 => (Segera di update)
Demikian artikel ini semoga dapat bermanfaat untuk para pembaca. Lebih dan kurang nya mohon maaf dan terimakasih telah membaca. Jangan biarkan tulisan ini hanya disini, jadikan amal jariah dengan klik share di bawah ini :)
Di kutip dari ceramah DR. H. Mustafa Umar LC MA (Ulama Tafsir)
0 Response to "Tasfir Ayat Kursi Bag 1 dari 4 | Surah Al Baqarah 255"
Posting Komentar