Allah Memusnahkan Riba dan Menyuburkan Sedekah | Tafsir Al Baqoroh 276 - 277

Pada kesempatan kali ini akan membahas 2 ayat Al baqoroh yang menjelaskan ancaman bagi pemakan riba dan yang kedua adalah berita gembira untuk orang yang meninggalkan riba. Ini adalah ayat lanjutan dari ayat sebelumnya (Al Baqarah ayat 275) yang telas di bahas pada waktu lalu yang juga membahas tentang riba...

Al baqoroh 276 - 277

يَمْحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰا۟ وَيُرْبِى ٱلصَّدَقَٰتِ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (QS. Al-Baqarah : 276)

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS. Al-Baqarah : 277)

Dalam ayat ini menerangkan bahwa Allah sendiri yang langsung memusnahkan riba. Bukan perbuatan mereka (pemakan riba) yang membuat mereka binasa. Tetapi Allah langsung yang akan memusnahkan harta benda mereka dan memusnahkan diri mereka.

Pada ayat yang kedua, Allah menerangkan kabar gembira untuk orang orang yang beriman, mengikuti apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang telah Allah larang maka mereka akan mendapatkan kabar gembira yaitu kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Tafsir

Allah berfirman : يَمْحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰا۟ (Allah memusnahkan riba). Kata memusnahkan di dalam ayat ini yaitu kata يَمْحَقُ “yam haqu” sebenarnya secara bahasa makna kata “yam haqu” ini adalah memusnahkan dengan cara perlahan lahan. Memusnahkan dengan perlahan lahan yaitu memindahkan dari satu keadaan kepada keadaan yang lain yang lebih buruk sampai akhirnya si pemakan riba musnah dan binasa.

Kalau di kaitkan dengan kekayaan adalah bangkrut, kalau di kaitkan dengan hidup adalah hancur hidupnya. Tidak ada kasih sayang tidak ada keberkatan dan mungkin pula terjadi permusuhan (misal istri, suami & anak atau pemegang saham, pemilik usaha & pekerja / karyawan dll)


Jadi pemakan riba itu hidupnya hari ini lebih buruk dari hari sebelumnya dan hari esok lebih buruk dari hari ini. Tidak akan mungkin mendapatkan kebahagiaan di penghujung usia, ia akan sengsara. Bisa jadi akan mendapatkan penutup hidup yang tidak baik, suul khotimah. Sebab apa?

Sebab hidupnya semakin hari semakin buruk dan yang menetapkan demikian adalah Allah secara langsung. Nah kalau Allah langsung yang membuat seperti ini siapa yang mampu menghalang? Tak ada sesiapapun yang bisa mencegah ataupun menghalang apabila ketetapan Allah sedang berlaku

Bagaimana cara agar dapat menghindarkan riba? Tidak ada cara kecuali bertaubat kembali kepada Allah. Caranya adalah berhenti memakan riba, bertaubat dan menjauhi riba. Tetapi kalau masih juga terhanyut di dalam riba, mengulangi kembali perbuatannya maka ia adalah penghuni neraka, kekal selama lamanya. Siapa yang tidak berhenti dari riba Allah akan memeranginya, bermakna sudah memulai api peperangan dengan Allah. Kalau perang dengan Allah kira kira siapa yang akan menang?

Ayat ini menerangkan siapa yang memakan riba Allah akan memusnahkannya, yaitu memusnahkan harta benda dan memusnahkan hidup mereka si pemakan riba

Kemudian kata يَمْحَقُ “Yam haqu” disini juga membawa makna orang yang memakan riba tidak menyadari bahwa dirinya akan musnah. Sebab kemusnahannya itu secara perlahan lahan. Awalnya merasa baik baik saja padahal keadaannya semakin hari semakin buruk. Inilah makna kata يَمْحَقُ “yam haqu”

Jadi kalau Allah sudah mengatakan kata “Yam haqu” disini (kemusnahan secara perlahan lahan) membuat kita harus berhati hati dan waspada. Jangan sampai tertipu dan terperdaya!

Berhati hatilah dalam menjalani hidup, karena bentuk bentuk riba saat ini ada sangat banyak sekali tak terhitung lembaga penyedianya. Misalnya, bank, pegadaian (gadai rumah, bpkb, sertifikat dll), koperasi, kartu kredit, perumahan dengan system riba, beli kendaraan, belanja dll

Apakah Allah menzalimi orang pemakan riba? Tidak tetapi sesungguhnya dirinya lah yang menzalimi diri sendiri. Karena Allah telah terangkan bahwa riba itu buruk. Tetapi kalau peringatkan ini di abaikan maka sama saja menentang Allah dan Allah akan mengazabnya kelak.

Dalam tafsir imam ibnu majah;

الرِّبَا سَبْعُونَ حُوبًا أَيْسَرُهَا أَنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّهُ

Riba itu ada 70 dosa. Yang paling ringan, seperti seorang anak berzina dengan ibunya. (HR. Ibnu Majah 2360 dan dishahihkan al-Albani)

Berdasarkan hadits di atas bahwa apabila riba itu di kaitkan dengan dosa maka dosa paling rendah adalah sama seperti menzinahi ibunya sendiri. Ini adalah dosa paling rendah, sementara masih ada 70 tingkatan lagi. Kalau tingkatan yang ke 70 kira kira seperti apa hebat dosanya?

Hadits imam ahmad di katakan
Sesungguhnya Allah melaknat (makna melaknat adalah menjauhkan rahmat) pemakan riba, pemberi riba, 2 orang saksinya, penulisnya.

Mudah mudahan disana ada telinga yang mendengar, otak yang berfikir dan hati yang menangkap sehingga dapat merubah keadaan kita dan tidak terus tenggelam di dalam riba yang tercela...

يَمْحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰا۟ وَيُرْبِى ٱلصَّدَقَٰتِyamqullahur riba wa yurbi sodaqot” Allah memusnahkan riba dan Allah menyuburkan sedekah

Riba Allah musnahkan dan sedekah Allah suburkan. Ketika Allah menyebutkan kata “menyuburkan sedekah” Allah menggunakan kata riba itu juga (dari kata yang sama) yaitu وَيُرْبِى “wa yurbi”. Namun kita tidak menyebutkan “meribakan sedekah” tetapi kita menyebut “Menyuburkan sedekah”. Karena makna riba itu secara bahasa adalah bertambah. Apanya yang bertambah? Yang bertambah adalah angka-angka secara logikanya. Bukan nilai!

Sebagai contoh misalnya menyimpan uang di bank, katakana saja sebesar 1 juta, dalam waktu 2 bulan menjadi 1,2 juta, dalam 6 bulan menjadi 1,5 juta. Jika kita lihat secara logika angka-angka uang kita menjadi bertambah dan banyak. Namun secara hakikat uang kita ini tidak bernilai, nilainya bisa saja menjadi hilang atau musnah.

Jika kita bandingkan dengan bersedekah misalnya punya uang 1 juta dan disedekahkan sebanyak 200 ribu. sisa berapa uang kita? sisa 800 ribu. Lihat, uang kita ini bertambah atau berkurang? Tentu saja berkurang. Itu jika di lihat secara angka angka. Tetapi Allah menyebutkan disini sebenarnya sedekah itulah yang membuat uang kita menjadi bertambah. Apanya yang bertambah? Yaitu nilainya bertambah

Letaknya harta itu dalam kehidupan kita bukanlah pada angka angkanya tetapi pada nilainya.
Untuk memahaminya kita akan menggunakan contoh dan perumpamaan.

Manfaat pakaian itu terdapat pada nilai pakaian itu sendiri. Ada orang menggunakan pakaian yang bisa di pakai lamaa sekali, tetapi ada pula orang menggunakan pakaian yang hanya bisa di pakai dalam sebentar. Misalnya baru beli pakaian 2 hari, eh terkena tinta, atau robek atau hilang. Nah itu lah sebab tidak bernilai.
Tetapi ada pula orang yang memiliki baju sudah sangat lama sekali di pakai tidak koyak-koyak.. Ini pakaiannya sangat benilai..

Nah nilai dari suatu benda itu terletak dari manfaatnya. Contoh lainya, misal nilai dari rumah yaitu manfaat dari rumah itu sendiri. Punya rumah bagus, tetapi dalam waktu sebentar rumah mudah kemalingan, bocor, rusak, membuat gelisah dan tidak membawa ketentraman. Itu contoh rumah yang tak berniai. Mungkin saja Allah telah memusnahkan nilai dari harta benda tersebut (rumah) karena hasil riba. Sehingga tidak layak lagi di manfaatkan (di huni).

Ada pula orang yang memiliki rumah yang sudah sangat lama, bertahun tahun, ratus tahun. Tetapi masih bisa layak di huni. Membawa ketentraman, kesenangan, sejuk, tenang dan bahagia. Ini di sebabkan karena Allah telah menyuburkan nilai dari harta tersebut (rumah). Ini di sebabkan hasil dari bersedekah.

Ketika Allah menyebut وَيُرْبِى ٱلصَّدَقَٰتِ “wayurbi sodaqot” dan Allah menyuburkan sedekah

Maknanya menyuburkan nilai dari harta benda yang di miliki orang-orang yang bersedakah. Misalnya bajunya tahan lama, rumahnya membahagiakan, mobilnya tahan lama, harta harta nya dapat di nikmati lama. Bukan hanya menyuburkan harta benda saja, tetapi Allah juga menyuburkan nilai hidup. Sebab orang yang bersedekah akan mendapatkan pahala 700 kali lipat. Bahkan Allah akan luaskan sekehendak Allah SWT.

Dalam sebuah hadits “Kalau seorang hamba itu menyedekahkan sesuatu yang ia miliki dari hartanya yang baik, Allah akan menerimanya dan Allah akan mengambil sedekah itu dengan tangan kananNya dan Allah akan menyuburkannya (membanyakkannya) seperti seseorang yang membanyakkan kuda atau untanya".

Pertama kudanya satu saja, kemudian beranak menjadi dua, empat, delapan, tiga dua, dst. Pada akhirnya menjadi banyak kudanya menjadi ratusan hingga ribuan. Ini berawal dari satu. Kira kira seperti itulah Allah membanyakkan sedekah seorang hamba.

Tetapi kalau memakan riba?
Awalnya dari ratusan ekor, lalu lambat laun menjadi satu ekor bahkan tidak ada alias musnah. Ini sangat banyak contoh di masyarakat. Dahulunya toke kerbau, sekarang tak ada kerbau lagi, bahkan kandangnya pun tidak ada. Inilah bukti Allah memusnahkan riba.

Contoh ini adalah pembuktian untuk kita apakah kita bisa mengambil pelajaran dari yang sudah terjadi. Apabila tidak percaya itu berarti sudah melampaui batas.

Lanjutan hadits tersebut ‘dan seseorang tersebut apabila bersedekah meskipun hanya satu gumpal saja atau satu genggaman maka Allah akan membanyakkannya seperti gunung uhud’

وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ “wallahu la yuhibbu kulla kaffarin atsiim” dan Allah tidak menyukai setiap orang yang melakukan kekufuran

Kata “Kaffar” disini adalah isim mubaladzoh, dari kata “kafir” yang berarti kafir. Kalau kaffar artinya adalah “sangat kafir”. Jadi dalam ayat ini si pemakan riba itu Allah sebut sebagai kaffar bermakna orang pemakan riba itu sangat kafir

Imam ibnu katsir dalam tafsir beliau menyebutkan si pemakan riba ini di sebut orang yang sangat kafir di sebabkan oleh “Sesungguhnya ia tidak ridho apa yang telah Allah telah tetapkan

Allah telah menetapkan riba itu haram, namun kepada si pemakan riba itu malah di halalkan. Lalu siapa dia orang yang berani berani menghalalkan riba ini (melanggar ketetapan Allah)? Tidaklah orang yang menghalalkan apa yang Allah haramkan kecuali dia adalah seorang kafir dan sangat kafir

Di katakan “sangat kafir” di sebabkan “berterusan di dalam riba” sudah berapa lama di dalam riba? 10 tahun, 20 tahun bahkan ada yang seumur hidup.

Bahaya, mengaku orang islam tetapi ternyata di mata Allah ia orang kafir.

Berhati hatilah saat ini sangat banyak sekali orang yang suka menjerumuskan dengan mengiming imingkan hasil milyaran rupiah dalam waktu yang cepat. Anda jangan lah sampai tertipu dengan keuntungan dunia yang sesaat sementara dosa yang di tanggung sangat besar, setara dengan mensetubuhi ibu sendiri. Itu adalah dosa paling kecil nya.. Sementara ada lagi 70 tingkatan dosa riba. Untuk yang tingkatan yang ke 70 anda bisa bayangkan kan sendiri?

Anda bisa melihat lah di lingkungan, seminar seminar, motivasi, memiliki rumah tanpa membeli , memiliki property, usaha dan lain sebagainya dengan mengelola uang riba. Ini sangat berbahaya. Jika anda terperdaya dengan keuntungan sesaat tersebut, maka tamat lah riwayat hidup anda di dunia dan di akhriat. Di dunia ini anda akan susah sendiri apalagi di akhirat.

Kalau kita ini adalah orang islam, percaya dengan al-quran dan al hadits serta percaya dengan kehidupan akhirat, kenapa setiap peringatan dan ancaman Allah selalu di abaikan?

Nah orang orang yang ingkar dengan apa yang telah di tetapkan Allah adalah orang kafir, dalam hal ini adalah kaffar yaitu orang yang sangat kafir. Dan di tambah lagi kata berikutnya أَثِيمٍ "atsiimm" menjadi كَفَّارٍ أَثِيمٍ “kaffarin asiim”. Kata أَثِيمٍ "assiim" adalah orang yang durhaka.

Kaffar kaitannya pada orang yang menutupi keberadaan Allah atau menutupi kebenaran, kalau Asim kaitanya pada orang yang durhaka yaitu orang yang melakukan kejahatan. Setiap orang yang melakukan kejahatan maka akan mendapatkan dosa. Setiap orang yang berdosa akan mendapatkan siksa.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya

Besar dosa maka besarlah siksanya.
Disini tidak di sebutkan “aaaasim” yang artinya adalah dosanya sedikit. Tetapi disini di sebutkan “asiiiimm” yang berarti dosanya banyak dan besar. Maka siksaan yang menimpanya juga sangat besar sebanding dengan dosa yang ia lakukan itu. Maka si pemakan riba akan mendapatkan siksaan yang sangat besar.

Nah sampai disini kira kira masih belum takut dengan riba? Ini sudah sangat jelas sekali tafsir dari ayat-ayat Allah SWT. Kita ibadah, sholat, puasa, zakat, haji. Tetapi rupanya kita menempah azab dan murka Allah SWT. Apa makna menempah? Maknanya adalah menjemput atau mengundang azab Allah SWT. Tinggal tunggu saja, sampai masanya akan hancur sendiri, karena allah memusnahkan secara perlahan lahan dan tidak akan sadar.

Misalnya dalam bentuk penyakit; harus di mutilasi, serangan jantung, darah tinggi atau penyakit mematikan lainnya. Ini adalah bentuk bentuk siksaan Allah sewaktu di dunia. Belum lagi kelak di akhirat lebih mengerikan dari itu seperti yang telah di paparkan di atas yaitu siksaan yang sangat besar.
Beruntung kalau sadarnya masih hidup, kalau sadarnya sudah dalam keadan mati? Bagaimana hendak taubat? Naudzubillahi min’zalik

Di dalam ayat ini Allah menyebutkan dua perkara yang bertentangan yaitu perkara yang di haramkan dan perkara yang di halalkan. Yaitu adalah riba dan shodaqoh. Di antara kedua ini kita hendak pilih yang mana?
Pilih yang haram atau pilih yang halal?

Kita bisa memilih di antara kedua pilihan itu dan Allah tidak akan halang. Jika hendak pilih riba, Allah perkenankan dan jika hendak plih sedekah Allah perkenankan dan Allah benarkan. Setiap pilihan yang telah kita tetapkan maka tanggunglah konsekuensinya masing masing.

Kenapa kita harus memilih di antara kedua itu? karena pada dasarnya manusia di bumi ini adalah menjalankan ujian. Ujian di dunia ini adalah memilih (inilah makna dari ujian). Memilih antara yang haq dan yang batil.

Ilustrasinya misalnya seperti anak sekolah yang hendak menjalani ujian UN. Nah disini siswa sedang di uji, di berikan soal kemudian di berikan optional yaitu pilihan a, b, c, d dan e. Kira kira apa yang di lakukan siswa tersebut? Tentu saja memilih jawaban yang benar. Kalau memilih jawaban yang salah maka artinya? Tentu akan salah dan tidak lulus.

Nah jelas kan sudah bahwa kita disini di berikan dua pilihan yaitu halal dan haram. Ini sudah Allah terangkan dengan jelas melaui kitabnya. Supaya kita lulus ujian didunia ini sebaiknya pilih lah yang halal yang sudah Allah tetapkan. Jika masih “ngeyel” memilih yang haram ya tanggung sendiri resikonya.

Dikatakan ujian apabila kita memiliki kuasa untuk memilih. Setiap perkara dalam hidup yang ada dalam kehidupan adalah ujian. Ingatlah kembali ayat ini

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun

Dalam hal ini berkaitan dengan riba, kira kira sudah berhasilkah dalam ujian?

Nah kalau berhasil dalam menjalani ujian ini, Allah berikan kabar gembira.. yaitu pada ayat berikutnya..

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ Innal ladzi na amanu (Sesungguhnya orang orang yang beriman)

Orang beriman adalah orang yang berhasil dalam ujian di dunia ini karena pasti yang Allah halalkan ia halalkan dan yang Allah haramkan ia haramkan, ia hanya mengambil yang halal-halal saja, dan dia adalah orang yang..

وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ Wa’amilus sholihat (beramal sholeh) Orang beriman senang dengan beramal sholeh.. kemudian ia menjalin hubungan dengan Allah

وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ Wa ‘aqomus sholat (mendirikan sholat) Orang beriman pasti mendirikan sholat sebagai jembatan untuk berhubungan dengan Allah. Dan kemudian menjalin hubungan dengan manusia melalui cara baik dan terpuji... Yaitu

وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ  Wa ata wudzzakah (membayar zakat) Orang beriman dengan rasa yang ikhlas mengeluarkan hartanya di jalan Allah. Dengan cara ini maka tidak akan ada yang di sakiti dan tidak akan ada yang terzalimi.

Riba itu adalah menzalimi orang lain, yaitu memberikan beban pada orang lain. Meminjamkan 1 juta harus bayar 1,2 juta, kalau tak mampu membayar akan beranak, menjadi 1,4 juta, 1,6 jt, 1,8 jt dst.. Berbeda dengan zakat, kita memberikan atas dasar perintah Allah. Tidak ada yang terbebani dan tidak ada yang terzalimi. Orang yang mendapatkan zakat tidak terbeban dan orang yang membayar zakat akan di gantikan oleh Allah dengan rezeki yang lebih banyak.

Maka orang yang beriman jalinlah hubungan antar sesama manusia ini dengan berzakat. Setelah itu akan mendapatkan kabar gembira

لَهُمْ أَجْرُهُمْ Lahum ajruhum (bagi mereka pahala) makna dari أَجْرُهُمْ “ajruhum” adalah “gaji” atau “upah”. Upah atau gaji adalah hak dari seorang yang bekerja. Orang yang beriman (beramal sholah, beribadah, bersedekah dll) mereka sudah bekerja maka berhaklah mereka mendapatkan upah. Upah itu datang dari Allah

عِندَ رَبِّهِمْ ‘indarobihim (Allah pelihara disisinya) kemudian Allah berikan keadaan yang bahagia dimana tidak ada ketakutan di dalam hidup dan tidak pula berduka cita.

Tidak ada ketakutan bermakna?  Tidak perlu takut dengan ancaman Allah karena orang orang yang beriman itu tidak mengerjakan sesuatu yang di larang oleh Allah maka tidak ada dosa baginya maka tidak akan ada ancaman ataupun siksaan. Itulah orang beriman tidak takut lagi dengan siksa Allah karena tidak akan menimpanya

Tetapi orang yang memakan riba ia adalah orang yang berdosa, ia tahu akan mendapatkan siksa Allah maka ia akan takut karena mereka sedang menunggu siksaan itu tiba. Gelisah, takut, dan bimbang maka tidak akan pernah bahagia selama hidup di dunia apalagi di akhirat yang siksanya jauh lebih mengerikan..

وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ Walahum yah dzanun (dan tidak pula mereka berduka cita) duka cita bermakna tidak suka dengan perkara buruk yang sudah terjadi atau yang sedang terjadi

Orang yang beriman (beramal sholeh, beribadah, menjalin hubungan kepada sesama manusia, berzakat) tidak akan ada duka cita padanya karena Allah SWT tidak akan meninggalkan hamba yang menjalin hubungan (beriman) denganNya. Tidak mungkin Allah menetapkan yang buruk ke atas orang beriman maka hamba tersebut tidak akan berduka cita karena sesuatu yang buruk tidak akan berlaku pada dirinya. Akhirnya hidupnya akan menjadi bahagia, tenang dan tentram hingga akhirat..

Nah tinggal pilih saja di antara kedua ini, mau sengsara atau mau bahagia? Pilihan ada di tangan kita dan kita berada di simpang jalan. Mau tempuh jalan yang menghantarkan ke syurga ada di hadapan atau mau tempuh ke jalan yang menghantarkan ke neraka pun ada di hadapan kita masing masing

Firman-firman Allah adalah sebagai peringatan bagi orang orang yang beriman...

 وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. adz-Dzariyat: 55)

Jika ada iman di dada, maka peringatan berguna. Tak ada iman di dada maka peringatan tinggallah peringatan saja.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

“a andzar tahum amlam tun dzirhum la yuk minun” (Al Baqoroh 6) kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman

Masuk telinga kanan keluar telinga kanan. Memantul peringatan itu.. Sebab kalau masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri masih menyeberang kepala. Dan ini tidak peduli sama sekali, bagaimanapun ayat Al-Qur’an di terangkan tidak peduli sama sekali..

Karena orang yang tidak beriman masih tenggelam dalam hawa nafsunya. Ia sangka itu adalah baik tetapi sebenarnya adalah buruk.. ia sangka dapat menyelamatkan hidupnya ternyata itu lah yang akan memusnahkan hidupnya…!

Siapa lagi yang lebih tahu hidup kita kalau buka pencipta kita sendiri?

Mudah mudahan Allah SWT memberikan hidayah pada kita sehingga dapat membuka hati kita untuk meninggalkan apa yang telah Dia larang melalui ayat dan tafsir ini…

Demikian artikel ini di tulis semoga dapat bermanfaat untuk orang yang banyak seluruh Indonesia dan membuka mata di kepala dan mata di hati mana tentang perkara ini. Silakan sebarkan pada orang yang banyak dan referensikan orang yang hendak memakan riba.. Ini adalah kewajiban kita bersama !

Syukron... Jazakumullahu khoiron.. ☺

Dikutip dari Ceramah DR H Mustafa Umar LC MA

Jangan lewatkan informasi islami terbaru, kami dikirim via email anda

0 Response to "Allah Memusnahkan Riba dan Menyuburkan Sedekah | Tafsir Al Baqoroh 276 - 277"